Indonesia yang terletak di garis katulistiwa memberikan efek bagi penentuan posisi dan survei pemetaan. Hal ini terkait dengan peristiwa sintilasi ionosfer.
Sintilasi ionosfer adalah fluktuasi yang cepat dari fase sinyal frekuensi radio dan / atau amplitudo, yang dihasilkan ketika sinyal melewati ionosfer. Sintilasi Ionosfer menyebabkan efek signifikan pada komunikasi dan navigasi sinyal satelit. Sintilasi ionosfer ini sering terjadi di wilayah khatulistiwa. Dalam bidang survei dan pemetaan, efek sintilasi ionosfer ini mempengaruhi kualitas dari penentuan posisi menggunakan teknologi GNSS. Sintilasi ionosfer ini melemahkan sinyal GNSS sehingga mengurangi akurasi pengukuran.
Penelitian yang dilakukan oleh Ekawati (2011) di Pontianak dan Bandung bertujuan untuk menganalisis perbandingan distribusi spasial dari sintilasi ionosfer di kedua kota. Persentase kemunculan sintilasi yang kuat di Pontianak dan Bandung pada bulan Maret-April dibandingkan dengan yang terjadi pada bulan September-Oktober. Sintilasi Ionosfer yang kuat terutama dipengaruhi oleh aktivitas matahari.
Sintilasi Ionosfer sebagian besar terjadi pada pukul 19.00 hingga 02.00 waktu setempat di Indonesia. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa puncak sintilasi adalah pada pukul 21.00-22.00.
Selain efek ionosfer, akurasi pengukuran menggunakan sinyal GNSS juga dipengaruhi faktor-faktor lain, salah satunya adalah efek multipath. Multipath ini terjadi karena sinyal GNSS mendapat gangguan dari objek-objek lain disekitar receiver GNSS.
Referensi :
Asnawi, et al. 2015. Analisis Distribusi Spasial dan Temporal Sintilasi Ionosfer Kuat di Atas Indonesia Selama Ekuinoks 2013. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Indonesia
Ekawati, Sri 2011. The Analysis Occurence of Equatorial and Low Latitude Ionospheric Scintillation Over Indonesia, Ionospheric and Telecommunication Division, Space Science Center, LAPAN, Bandung, Indonesia.