Universitas Gadjah Mada FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
GEODESI GEOMETRI DAN GEODESI FISIS
  • Profil
    • Lab/KBK
    • Anggota
      • Dosen & Tendik
      • Mahasiswa
    • Fasilitas
    • Kegiatan
      • GeodCast
      • Workshop
  • Pendidikan
    • MOOC & eLoK
    • Video Pembelajaran
  • Penelitian
    • Publikasi Penelitian
    • Penelitian Berjalan
  • Pengabdian & Kerjasama
    • Pengabdian
    • Kolaborasi
  • Layanan
    • Server
  • Beranda
  • Berita
  • Yogyakarta dan Ring of Fire

Yogyakarta dan Ring of Fire

  • Berita, Uncategorized
  • 20 September 2019, 13.45
  • Oleh: ali.surojaya
  • 0

Secara geografis Indonesia terletak pada rangkaian cincin api yang membentang sepanjang lempeng pasifik yang merupakan lempeng tektonik paling aktif di dunia. Zona ini memberikan kontribusi sebesar hampir 90% dari kejadian gempa di bumi dan hampir semuanya merupakan gempa besar di dunia (Kramer, 1996).

Beberapa gempa besar telah terjadi dalam 10 tahun terakhir dan mengakibatkan kehilangan jiwa serta kerugian material yang mempengaruhi sektor ekonomi dan pembangunan. Beberapa gempa besar yang terjadi dalam dekade terakhir di Indonesia yaitu gempa Bengkulu 2000 (Mw7.8), gempa Aceh-Andaman Tsunami 2004 (Mw9.2), gempa Nias-Simeulue 2005 (Mw8.7), gempa Yogyakarta 2006, gempa Jawa Selatan yang diikuti tsunami 2006 (Mw7.6), gempa Bengkulu 2007 (Mw 8.4 and 7.9), gempa di Padang (Mw7.6) serta berbagai aktivitas gempa bumi terbaru lainnya. Dikutip dari Ekspedisi Cincin Api Kompas, Indonesia termasuk dalam kawasan Ring of Fire, Sabuk Alpide dan tempat bertemunya tiga lempeng benua, Indo-Australia di Selatan, Eurasia di Utara dan Pasifik di bagian Timur.

Lebih khusus lagi wilayah Yogyakarta, yang pernah mengalami gempa bumi tektonik pada tahun 2006 lalu. Gempa yang berkekuatan 5,8-6,2 Skala Richter dan berepisentrum di tempuran sungai Opak dan sungai Oyo di Dusun Putat, Desa Selopamioro, Imogiri, Bantul, DIY. Gempabumi ini disebabkan karena adanya gerakan pada pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia serta penunjaman lempeng tektonik di samudra Indonesia yang terletak 37 km di selatan kota Yogyakarta pada kedalaman 33 km. Gelombang gempa akibat patahan lempeng tektonik merambat ke segala arah. Ketika gelombang tersebut mengenai sesar (patahan) Kali Oya, Kali Opak, Kali Progo, dan sesar Jiwo menyebabkan empat sesar ini patah lagi, karena batuan di empat sesar ini masih labil. Batuan yang masih labil yang berada di empat sesar ini diperkirakan ada pada kedalaman kurang dari 30 km. Kondisi ini disebabkan oleh adanya aktifitas lempeng tektonik aktif yang ada. Namun tidak perlu khawatir terlalu berlebih, kita hanya cukup mengerti dan waspada akan potensi bencana yang akan terjadi, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sumber referensi:
Buku Resiko Bencana Indonesia dari BNPB tahun 2016

Tags: Artikel Materi Selayang Pandang

Leave A Comment Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Recent Posts

  • Sesar Lasem-Semarang-Kendeng: Mengungkap Bom Waktu di Tengah Pulau Jawa
  • ANNUAL SCIENTIFIC FORUM OF THE INDONESIAN SURVEYORS ASSOCIATION (FIT ISI) 2024
  • Lokakarya SRGI2013: Mendorong Kolaborasi dan Inovasi dalam Sistem Referensi Geospasial di Indonesia
  • The 10th International Conference on Science and Technology (ICST UGM 2024)
  • Kuliah Tamu : Dr. Lujia Feng Mengupas Geodesi Antariksa hingga Bencana Alam
  • NTU Kampus Visit, Head to EOS/ASE
Universitas Gadjah Mada

GEODESI GEOMETRI & GEODESI FISIS
DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK UGM
geodesi@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju