Materi Infrastruktur Informasi Geospasial Untuk Mitigasi Bencana yang disampaikan oleh Dr. Cecep Pratama pada Simposium Infrastruktur Informasi Geospasial 2019.
September
Pemerintah Indonesia telah gencar dalam mengampanyekan perkembangan data geospasial. Aspek geospasial sudah dirasa penting dalam pengambilan keputusan. Keputusan dan kebijakan pemerintah yang mempertimbangkan aspek geospasial akan dapat diimplementasikan lebih efektif dan efisien.
Pada tahun 2016 melalui Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang percepatan pelaksanaan kebijakan satu peta pada tingkat ketelitian peta skala 1:50.000 telah ditetapkan adanya suatu peta dasar di wilayah Indonesia atau lebih dikenal dengan satu peta Indonesia. Kebijakan satu peta ini bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan informasi geospasial yang berdayaguna melalui kerja sama, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi, serta mendorong penggunaan IG dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam berbagai aspek kehidupan (BIG, 2018).
Bumi yang tidak beraturan dimodelkan dalam ilmu geodesi dengan beberapa tahapan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses perhitungan posisi di permukaan bumi. Tahapan pemodelan bumi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Model Bumi Geoid
Bumi yang tidak beraturan pertama dimodelkan dalam suatu model yang menghubungkan bidang equipotensial yang sama.
2. Model Bumi Elipsoid
Bumi dimodelkan dalam model matematis yang lebih sederhana dari Geoid, yaitu dimodelkan sebagai Elips yang berputar. Model bumi ini salah satu fungsinya untuk menentukan posisi kita ketika mengukur menggunakan GPS.
1. Pengolahan Data Gnss Secara Loose Constraint Dengan Modul Gamit
by : Anindya Sricandra Prasidya, ST., M.Eng[.pdf]
2. Pengujian Coordinate Repeatabilities Stasiun Cors Dengan Modul Glred/Globk
by : Anindya Sricandra Prasidya, ST., M.Eng [.pdf]
3. Estimasi Koordinat Akhir Melalui Pengkombinasian Solusi Dengan Modul Globk
by : Anindya Sricandra Prasidya, ST., M.Eng [.pdf]
4. Perhitungan Kecepatan Pergeseran Horisontal Stasiun Gps Dengan Modul Globk
by : Anindya Sricandra Prasidya, ST., M.Eng [.pdf]
Gempabumi memiliki sifat berulang. Siklus perulangan ini sering disebut dengan earthquake cycle. Terdapat beberapa fase dalam satu siklus perulangan gempa, yaitu interseismic, pre-seismic, coseismic, dan post-seismic. Satu siklus gempabumi ini biasanya berlangsung selama kurun waktu 100 tahun (Sarsito, dkk., 2005).
Fase interseismic merupakan fase awal dari suatu siklus gempabumi. Pada fase ini, energi dari dalam bumi menggerakkan lempeng dan energi mulai terakumulasi di bagian batas antar lempeng dan patahan. Fase pre-seismic merupakan fase yang terjadi sesaat sebelum gempabumi terjadi (Sarsito, dkk., 2005).
Kepulauan Sangihe menjadi salah satu lokasi penelitian tim research Geodesi Geodinamik.
Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui pergerakan lempeng di Kepulauan Sangihe.
Metode yang digunakan adalah dengan pengukuran GPS pada 3 stasiun yang tersebar di Kepulauan Sangihe, yaitu SGH1, SGH3, dan SGH4.
Berdasarkan hasil pengolahan data pengamatan GPS hingga tahun 2018 menunjukkan bahwa Kepulauan Sangihe bergerak ke arah Tenggara sekitar 1,38 cm/th atau mendekati Halmahera.
Jadi meskipun pergerakan Kepulauan Sangihe hanya dalam fraksi centimeter, namun hal tersebut perlu diperhatikan. Mengingat pergerakan Kepulauan Sangihe ini sering mengakibatkan gempabumi, baik dengan skala rendah maupun tinggi.
Ini Surveyor apa Kartini Muda?
Senin tanggal 2 September 2019, Departemen Teknik Geodesi UGM memperingati hari jadi 60th dengan mengadakan Sarasehan dan Refleksi 60th Geodesi UGM.
Selain mengadakan acara Sarasehan, para Surveyor Kartini kami juga masih aktif untuk melaksanakan dan memandu kegiatan praktikum. Dengan berbusana kebaya, Hilmiyati Ulinnuha tetap memandu praktikum dan mengoperasikan alat di lapangan.
Semangat Totalitas! Semangat Surveyor Muda!
Salam Surveyor Muda,
Selain Kepulauan Sangihe, grup Research Geodesi Geodinamik, Teknik Geodesi FT-UGM memiliki laboratorium lapangan yang terletak di Propinsi Yogyakarta. Laboratorium lapangan ini terletak disekitar wilayah Sesar Opak.
Grup Research Geodesi Geodinamik memiliki titik-titik kontrol pemetaan disekitar wilayah Sesar Opak. Sejak 2013, titik kontrol ini digunakan untuk memantau pergerakan Sesar Opak. Pemantauan ini dengan menggunakan teknologi GNSS. Masing-masing titik diukur selama satu minggu secara kontinyu (24 jam).