Universitas Gadjah Mada FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
GEODESI GEOMETRI DAN GEODESI FISIS
  • Profil
    • Lab/KBK
    • Anggota
      • Dosen & Tendik
      • Mahasiswa
    • Fasilitas
    • Kegiatan
      • GeodCast
      • Workshop
  • Pendidikan
    • MOOC & eLoK
    • Video Pembelajaran
  • Penelitian
    • Publikasi Penelitian
    • Penelitian Berjalan
  • Pengabdian & Kerjasama
    • Pengabdian
    • Kolaborasi
  • Layanan
    • Server
  • Beranda
  • Selayang Pandang
  • Selayang Pandang
Arsip:

Selayang Pandang

Permasalahan Batas Negara Indonesia

BeritaPelatihanUncategorized Wednesday, 27 November 2019

Studi Kasus : Batas Darat Indonesia – Malaysia

  • Agreement
    Perjanjian yang digunakan pada perbatasan Indonesia dan Malaysia merujuk asas uti possidentis juris. Perbatasan Indonesia dan Malaysia di Pulau Kalimantan dapat merujuk pada perjanjian yang dilakukan Belanda dan Inggris.
  • Delimitasi dan Demarkasi
    Dilakukan oleh Indonesia dan Malaysia pada 1973-1976. Menghasilkan batas sepanjang 2004 km dengan 19.328 pilar.
  • Datum Perbatasan yang telah disepakati menggunakan Datum Timbalai (Datum-nya Malaysia Timur). Setelah ada datum global WGS’84 segera ditransformasikan.
  • Map Projection
    Menggunakan Rectified Skew Orthopic (RSO) yang dikembangkan oleh Brigadir Martin Hotine untuk Malaysia Barat dan Malaysia Timur menjadi 1. Berupa Oblique Mercator. Beda dengan Indonesia yang dasarnya menggunakan Transverse Mercator (UTM / TM3) ataupun Polieder.
    RSO menggunakan garis yang memiliki nilai azimuth tertentu yang melintasi sepanjang wilayah tertentu yang dipilih. Sama seperti proyeksi satu zona, daerah yang cocok merupakan daerah yang luas pada satu arah tertentu namun luasannya itu terbatas secara tegak lurus dan cenderung miring (geotiff.maptools, 2015).  Tipikalnya membatasi jumlah distorsi skala dengan membatasi sejauh mana proyeksi kedua sisi pusatnya.
  • read more

    Penyebab Gempa di Laut Banda

    BeritaPelatihan Wednesday, 9 October 2019

    Laut Banda adalah sebuah laut yang terletak di Kepulaua Maluku. Pulau-pulau yang berbatasan dengan Laut Banda antara lain: Sulawesi bagian barat, Buru, Ambon, Seram, Kepulauan Kai, Kepulauan Aru, Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Barat Daya, dan Timor. Pada Minggu (22/9/2019) lalu terjadi gempa dengan magnitudo 6 di Laut Banda, Maluku. Episenter terletak pada koordinat 6,57 LS dan 130,52 BT, tepatnya di laut pada jarak 177 kilometer arah barat laut Kota Saumlaki pada kedalaman 97 km atau tepat di bawah cekungan Weber Deep. Gempa ini merupakan aktivitas tektonik yang menunjukkan masih ada aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia.
    sss
    Ilustrasi Subduksi Lempeng Indo-Australia di Laut Banda Sumber: Indocropcircles.com
    Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menyatakan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan mekanisme pergerakan naik (thrust fault). “Terjadinya deformasi batuan sebagai pemicu gempa di kedalaman lebih dari 70 km di zona ini memberi petunjuk kepada kami bahwa proses subduksi atau penunjaman lempeng Indo-Australia di bawah Laut Banda masih aktif,” lengkap Daryono. Sumber: CNN dan USGS

    Kondisi Indonesia di Garis Katulistiwa

    BeritaPelatihan Friday, 27 September 2019

    Indonesia yang terletak di garis katulistiwa memberikan efek bagi penentuan posisi dan survei pemetaan. Hal ini terkait dengan peristiwa sintilasi ionosfer.

    Sintilasi ionosfer adalah fluktuasi yang cepat dari fase sinyal frekuensi radio dan / atau amplitudo, yang dihasilkan ketika sinyal melewati ionosfer. Sintilasi Ionosfer menyebabkan efek signifikan pada komunikasi dan navigasi sinyal satelit. Sintilasi ionosfer ini sering terjadi di wilayah khatulistiwa. Dalam bidang survei dan pemetaan, efek sintilasi ionosfer ini mempengaruhi kualitas dari penentuan posisi menggunakan teknologi GNSS. Sintilasi ionosfer ini melemahkan sinyal GNSS sehingga mengurangi akurasi pengukuran. read more

    GPS untuk Pemetaan?

    BeritaPelatihan Monday, 23 September 2019

    Manfaat utama gps adalah dapat memberikan informasi posisi di permukaan bumi, segala kegiatan yang berkaitan dengan posisi/lokasi di permukaan bumi dapat diselesaikan dengan bantuan GPS. misalnya kita akan pergi ke suatu tempat baru yang belum pernah kita kunjungi, dengan menggunakan gps kita bisa mengetahui cara(rute) agar kita bisa sampai di tempat tersebut tanpa harus bertanya kepada orang-orang cara menuju ke tempat tersebut.
    ilmu dan metode untuk mengetahui posisi suatu tempat(baik secara relatif atau absolut) kita kenal dengan istilah navigasi. ilmu ini banyak digunakan sejak dulu sampai sekarang . bentuknya juga berkembang mulai dari kompas sederhana , peta, teropong , hingga sekarang menggunakan GPS read more

    Yogyakarta dan Ring of Fire

    BeritaUncategorized Friday, 20 September 2019

    Secara geografis Indonesia terletak pada rangkaian cincin api yang membentang sepanjang lempeng pasifik yang merupakan lempeng tektonik paling aktif di dunia. Zona ini memberikan kontribusi sebesar hampir 90% dari kejadian gempa di bumi dan hampir semuanya merupakan gempa besar di dunia (Kramer, 1996).

    Beberapa gempa besar telah terjadi dalam 10 tahun terakhir dan mengakibatkan kehilangan jiwa serta kerugian material yang mempengaruhi sektor ekonomi dan pembangunan. Beberapa gempa besar yang terjadi dalam dekade terakhir di Indonesia yaitu gempa Bengkulu 2000 (Mw7.8), gempa Aceh-Andaman Tsunami 2004 (Mw9.2), gempa Nias-Simeulue 2005 (Mw8.7), gempa Yogyakarta 2006, gempa Jawa Selatan yang diikuti tsunami 2006 (Mw7.6), gempa Bengkulu 2007 (Mw 8.4 and 7.9), gempa di Padang (Mw7.6) serta berbagai aktivitas gempa bumi terbaru lainnya. Dikutip dari Ekspedisi Cincin Api Kompas, Indonesia termasuk dalam kawasan Ring of Fire, Sabuk Alpide dan tempat bertemunya tiga lempeng benua, Indo-Australia di Selatan, Eurasia di Utara dan Pasifik di bagian Timur. read more

    Kajian SRGI 2013 dan Kebijakan Satu Peta

    BeritaUncategorized Friday, 6 September 2019

    Pemerintah Indonesia telah gencar dalam mengampanyekan perkembangan data geospasial. Aspek geospasial sudah dirasa penting dalam pengambilan keputusan. Keputusan dan kebijakan pemerintah yang mempertimbangkan aspek geospasial akan dapat diimplementasikan lebih efektif dan efisien.

    Pada tahun 2016 melalui Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang percepatan pelaksanaan kebijakan satu peta pada tingkat ketelitian peta skala 1:50.000 telah ditetapkan adanya suatu peta dasar di wilayah Indonesia atau lebih dikenal dengan satu peta Indonesia. Kebijakan satu peta ini bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan informasi geospasial yang berdayaguna melalui kerja sama, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi, serta mendorong penggunaan IG dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam berbagai aspek kehidupan (BIG, 2018). read more

    Kepulauan Sangihe Bergerak!

    BeritaUncategorized Thursday, 5 September 2019

    Kepulauan Sangihe menjadi salah satu lokasi penelitian tim research Geodesi Geodinamik.
    Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui pergerakan lempeng di Kepulauan Sangihe.
    Metode yang digunakan adalah dengan pengukuran GPS pada 3 stasiun yang tersebar di Kepulauan Sangihe, yaitu SGH1, SGH3, dan SGH4.

    Berdasarkan hasil pengolahan data pengamatan GPS hingga tahun 2018 menunjukkan bahwa Kepulauan Sangihe bergerak ke arah Tenggara sekitar 1,38 cm/th atau mendekati Halmahera.

    Jadi meskipun pergerakan Kepulauan Sangihe hanya dalam fraksi centimeter, namun hal tersebut perlu diperhatikan. Mengingat pergerakan Kepulauan Sangihe ini sering mengakibatkan gempabumi, baik dengan skala rendah maupun tinggi. read more

    Histori Tektonik Lempeng

    BeritaUncategorized Monday, 15 July 2019

    Lempeng merupakan bagian materi penyusun bumi yang paling atas. Lempeng ini memiliki ketebalan hingga 100 km (Stein, 2003). Bagian atas bumi terdapat lapisan lithosphere yang terdiri atas kerak bumi dan mantel bumi yang bersifat kaku dan padat. Bagian lithosphere ini terbagi menjadi lempeng-lempeng tektonik. Lempeng tektonik terdiri atas lempeng benua dan lempeng samudera.

    Teori lempeng tektonik erat kaitannya dengan teori pergerakan benua. Sekitar 250 juta tahun yang lalu, lempeng-lempeng tektonik tergabung dalam satu benua besar yaitu Pangea. Menurut teori pergerakan lempeng benua, satu benua besar tersebut pecah menjadi dua benua besar yaitu Laurasia dan Gondwana. Kemudian kedua benua besar tersebut terus mengalami perpecahan hingga membentuk daratan dan samudera seperti sekarang. read more

    Recent Posts

    • Sesar Lasem-Semarang-Kendeng: Mengungkap Bom Waktu di Tengah Pulau Jawa
    • ANNUAL SCIENTIFIC FORUM OF THE INDONESIAN SURVEYORS ASSOCIATION (FIT ISI) 2024
    • Lokakarya SRGI2013: Mendorong Kolaborasi dan Inovasi dalam Sistem Referensi Geospasial di Indonesia
    • The 10th International Conference on Science and Technology (ICST UGM 2024)
    • Kuliah Tamu : Dr. Lujia Feng Mengupas Geodesi Antariksa hingga Bencana Alam
    • NTU Kampus Visit, Head to EOS/ASE
    Universitas Gadjah Mada

    GEODESI GEOMETRI & GEODESI FISIS
    DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
    FAKULTAS TEKNIK UGM
    geodesi@ugm.ac.id

    © Universitas Gadjah Mada

    KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

    [EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju