Universitas Gadjah Mada FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
GEODESI GEOMETRI DAN GEODESI FISIS
  • Profil
    • Lab/KBK
    • Anggota
      • Dosen & Tendik
      • Mahasiswa
    • Fasilitas
    • Kegiatan
      • GeodCast
      • Workshop
  • Pendidikan
    • MOOC & eLoK
    • Video Pembelajaran
  • Penelitian
    • Publikasi Penelitian
    • Penelitian Berjalan
  • Pengabdian & Kerjasama
    • Pengabdian
    • Kolaborasi
  • Layanan
    • Server
  • Beranda
  • Materi
  • Materi
  • page. 2
Arsip:

Materi

Tanggap Bencana Tanah Longsor

mitigasi Saturday, 14 September 2019

Tanah longsor adalah gerakan tanah dan batuan yang terseret ke bawah pada lahan miring secara tiba-tiba dengan volume yang besar dan sekaligus.Tanah longsor dapat menghancurkan bangunan-bangunan, jalan, pipa dan kabel, baik oleh gerakan tanah yang berasal dari bawah atau dengan cara menguburnya.

Gejala terjadinya tanah longsor di antaranya yaitu curah hujan tinggi dan berlangsung lama, munculnya retakan-retakan yang sejajar dengan lereng yang ditandai dengan pohon menjadi miring, serta tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

Adapun penyebab longsor di antaranya yaitu lereng yang gundul dengan kondisi tanah dan bebatuan yang rapuh, hujan yang deras pemicu utama terjadinya longsor, longsor juga disebabkan gempa bumi, penambangan tanah, batu, dan pasir yang tidak terkendali.

segala usaha untuk meminimalisasi akibat terjadinya tanah longsor. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menekan bahaya tanah longsor sebagai berikut

Berikut tahapan mitigasi bencana tanah longsor :

1.Pemetaan

Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan  bencana alam geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten /kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari bencana.

2.Pemeriksaan

Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.

3.Pemantauan

Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis secara ekonomi danjasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.

4.Sosialisasi

Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Provinsi /Kabupaten /Kota atau masyarakat umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah.

5.Pemeriksaan bencana longsor

Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata cara penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah longsor.

Tahap Awal 

1.Waspada terhadap curah  hujan yang tinggi

2.Simak informasi dari radio mengenai informasi hujan dan kemungkinan tanah longsor

3.Persiapkan dukungan logistik

  • Makanan siap saji dan minuman
  • Lampu senter dan baterai cadangan
  • Uang tunai secukupnya
  • Obat-obatan khusus sesuai pemakai

4. Apabila pihak berwenang menginstruksikan untuk evakuasi, segera lakukan hal tsb

Tahap bencana

Hal penting yang harus dilakukan.

a.Menyelamatkan diri dan warga yang tertimpa musibah.Apabila Anda di dalam rumah dan terdengar suara gemuruh, segera keluar cari tempat  lapang dan tanpa penghalang

b.Evakuasi korban ke tempat yang lebih aman.

c.Pendirian dapur umum, pos-pos kesehatan dan penyediaan air bersih.

d.Pendistribusian air bersih, jalur logistik, tikar dan selimut.

e.Pencegahan berjangkitnya wabah penyakit.

f.Evaluasi, konsultasi dan penyuluhan.

Pasca Bencana

Tindakan sesudah terjadi tanah longsor

a) Jangan segera kembali kerumah Anda, perhatikan apakah longsor susulan masih akan terjadi

b) Apabila Anda diminta untuk membantu proses evakuasi, gunakan sepatu khusus dan peralatan yang menjamin keselamatan Anda

c) Perhatikan kondisi tanah sebagai pijakan yang kokoh bagi langkah Anda.

d) Apabila harus menghadapi reruntuhan bangunan untuk menyelamatkan korban,pastikan tidak menimbulkan dampak yang lebih buruk.

 

 

 

Tanggap Bencana Gempa Bumi

mitigasi Saturday, 14 September 2019

Gempabumi dapat menimbulkan dampak korban jiwa, luka, maupun kerusakan infrastruktur yang sangat signifikan. Kita harus belajar dari kejadian gempabumi yang terjadi di Yogyakarta (2006) dan Padang (2009). Mengidentifikasi potensi bahaya dan perencanaan yang berstandar aman dapat menyelamatkan jiwa dan mengurangi korban luka maupun kerusakan infrastruktur.

Apa yang dilakukan sebelum terjadi gempabumi?

Kita tidak dapat mengetahui kapan gempa akan terjadi sehingga persiapan menjadi sangat penting untuk menyelamatan jiwa, mengurangi korban luka, maupun kerusakan infrasturktur. Ada 6 langkah untuk persiapan.

a) Cek potensi bahaya di rumah

  • Lekatkan lemari secara aman pada dinding
  • Tempatkan barang besar dan berat ada bagian bawah lemari.
  • Letakkan barang pecah belah pada bagian yang lebih rendah dan di bagian tertututp
  • Gantungkan barang yang berat seperti pigura foto atau cermin, jauh dari tempat tidur, sofa, atau pun tempat di mana orang duduk
  • Pastikan lampu langit-langit terpasang dengan kuat
  • Perbaiki apabila terjadi kerusakan pada jaringan listrik atau gas.
  • Amankan pemanas air dengan terpasang dengan baik pada dinding.
  • Perbaiki keretakan pada langit-langit atau fondasi.
  • onsultasikan dengan ahli bangunan apabila membutuhkan informasi mengenai struktur bangunan yang kurang kuat.
  • Tempatkan bahan-bahan yang mudah terbakar dalam lemari tertutup dan letakkan paling bawah.

b) Identifikasi tempat aman di dalam dan luar rumah

  • Di bawah perabot yang kuat, seperti meja dan kursi
  • Merapat pada dinding, seperti berdiri pada siku bangunan
  • Menjauh dari kaca atau cermin atau pun barang-barang berat yang berpotensi jatuh
  • Di luar rumah, jauhi bangunan, pohon, dan jaringan telepon atau listrik, atau bangunan yang mungkin runtuh

 c) Bekali pengetahuan diri sendiri dan anggota keluarga

  • Memiliki daftar kontak yang dibutuhkan, seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi, kabupaten, kota, TNI, Polisi, rumah sakit, PMI, atau pun dinas pemadam kebakaran.
  • Bekali anak-anak bagaimana dan kapan harus menghubungi pihak-pihak di atas, dan mencari stasiun radio untuk mencari informasi darurat
  • Bekali semua anggota keluarga bagaimana dan kapan harus mematikan gas, listrik, dan air.

 d) Siapkan dukungan logistik darurat

  • Lampu senter dan baterai cadangan
  • Radio dengan baterai
  • Perlengkapan PPPK dan panduannya
  • Makanan siap saji dan minuman (perhatikan masa berlakunya)
  • Obat-obatan khusus disesuaikan dengan kebutuhan pemakai
  • Uang secukupnya
  • Sepatu khusus

e) Merencanakan mekanisme komunikasi darurat

  • Pada kasus apabila anggota keluarga terpisah pada saat bencana, rencanakan cara untuk mengumpulkan anggota keluarga setelah bencana.
  • Menanyakan kepada saudara atau teman yang berlokasi di luar area tempat tinggal kita untuk bersedia sebagai penghubung keluarga.

f) Bantu komunitas untuk siap siaga

  • Bekerja sama dengan media lokal untuk membuat kolom khusus terkait informasi respon darurat setelah bencana. Disebutkan juga pada kolom tersebut nomor telepon BPBD, instansi pemerintah terkait, rumah sakit, dan PMI.
  • Kenali bersama keluarga mengenai potensi bencana yang ada di sekitar rumah
  • Bekerja sama dengan BPBD, PMI, atau pihak terkait lainnya untuk menyiapkan laporan khusus bagi masyarakat dengan mobility impairment pada apa yang akan kita lakukan selama gempabumi
  • Melakukan simulasi evakuasi sederhana di rumah
  • Mencari informasi dari pihak terkait tentang pemutusan listrik dan air pada saat bencana
  • Bekerja sama dengan masyarakat untuk memperoleh pengetahuan tentang building code, retrofitting program, ancaman bahaya, dan rencana yang disusun oleh keluarga pada saat keadaan darurat

Apa yang dilakukan pada saat bencana ?

Tetap berada di tempat yang menurut Anda aman selama terjadi gempa. Waspadai gempa susulan yang terkadang guncangannya lebih kuat. Perhatikan langkah Anda ke tempat aman lain dan tetap berada di sekitar tempat itu sampai guncangan berhenti dan Anda dapat keluar dengan aman.

 a) Ketika di dalam ruangan

  • Merunduk hingga menyentuh lantai; cari perlindungan dibawah meja atau perabot lain yang kuat; dan tunggu hingga guncangan berhenti. Apabila tidak ada meja atau perabot untuk berlindung, lindungi kepala anda dengan lengan kemudian merayap menuju ruangan.
  • Jauhi gelas, jendela, atau apa pun yang mungkin menjatuhi Anda.
  • Tetap di tempat tidur apabila terjadi gempa, lindungi kepala Anda dengan bantal. Apabila ada kemungkinan benda berat akan menimpa Anda, segera menuju ke sisi terdekat yang aman.
  • Tetap di dalam ruang hingga guncangan berhenti, dan keluarlah ketika sudah aman. Penelitian menunjukkan bahwa banyak orang terluka karena mereka berusaha untuk menuju ke lokasi yang berbeda atau berusaha keluar bangunan.
  • Waspadai segala kemungkinan yang timbul akibat arus pendek.
  • JANGAN menggunakan lift.

 b) Ketika di luar ruangan

  • Tetaplah di luar
  • Jauhi dari gedung, lampu jalan, atau jaringan berkabel.
  • Ketika di luar, tetaplah di luar hingga guncangan berhenti. Bahaya paling besar berada langsung di luar bangunan; pada pintu keluar, exterior sepanjang dinding luar.

 c) Di dalam kendaran

  • Menepi dan berhenti segera. Tetap tinggal di dalam kendaraan. Hindari berhenti di dekat atau di bawah bangunan, pohon, jembatan, atau pun jaringan berkabel.
  • Lanjutkan berkendara setelah gempa berhenti. Hindari jalan, jembatan, atau halangan yang telah rusak akibat gempa.

 d) Ketika terjebak di dalam reruntuhan

  • Jangan menyalakan api
  • Jangan bergerak atau apa pun yang menimbulkan debu
  • Tutupi mulut Anda dengan sapu tangan atau kain
  • Munculkan suara pada pipa atau dinding sehingga tim SAR dapat mencari posisi Anda. Gunakan peluit apabila tersedia. Berteriak adalah jalan terakhir yang dapat dilakukan, tapi hal ini dapat menyebabkan akan menghirup debu.

 Apa yang dilakukan setelah terjadi bencana ?

  1. Siaga kemungkinan yang terjadi setelah gempa. Gelombang guncangan kedua biasanya kurang mematikan tetapi dapat lebih kuat untuk memberikan kerusakan tambahan hingga memperlemah struktur bangunan dan dapat terjadi pada satu jam pertama, beberapa hari, minggu, bahwa bulan setelah gempa.
  2. Dengarkan radio atau televisi yang bisa diakses. Perhatikan informasi terkini terkait respon darurat.
  3. Gunakan telpon untuk panggilan darurat
  4. Buka laci lemari secara hati-hati. Waspadai benda-benda yang dapat menjatuhi Anda.
  5. Jauhi area yang hancur. Jauhi area yang hancur kecuali memang kehadiran Anda dibutuhkan oleh pihak berwenang, seperti kepolisian, pemadam kebakaran, atau tim SAR. Kembalilah ke rumah apabila pihak berwenang mengatakan bahwa kondisi telah aman.
  6. Bantu korban luka atau yang terjebak. Ingat untuk selalu membantu tetangga atau siapapun yang membutuhkan pertolongan khusus seperti anak-anak, orang tua, atau orang cacat. Berikan pertolongan pertama secara tepat. Jangan pindahkan korban yang terluka serius untuk menghindari luka yang lebih parah. Carilah bantuan kepada tim medis yang lebih ahli.
  7. Bersihkan cairan yang berbahaya. Tinggalkan lokasi yang berbau cairan berbahaya seperti gas atau cairan kimia.
  8. Periksa beberapa peralatan.
    1. Periksa apabila terjadi kebocoran gas. Jika tercium bau gas, segera buka jendela dan segera keluar bangunan.
    2. Periksa kerusakan listrik. Apabila ditemukan jaringan kabel yang rusak dan tercium bau panas listrik, segera matikan listrik.
    3. Periksa kerusakan tempat pembuangan kotoran dan saluran pipa.
Pesan dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana)

Tanggap Bencana Banjir

mitigasi Tuesday, 10 September 2019

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki daratan tinggi dan daratan rendah yang berjarak tidak begitu jauh. Bagi wilayah yang sering terjadi banjir terutama ketika curah hujan sedang tinggi, sebaiknya kita sudah paham hal apa saja yang harus kita lakukan untuk menghadapi banjir. Berikut kami rangkum beberapa hal yang wajib dilakukan untuk meminimalisir dampak bencana banjir.

1. Pantau berita terkini curah hujan

Akan lebih baik apabila Anda terus memantau berita tentang curah hujan di wilayah tempat Anda tinggal. Anda bisa mengecek berita tersebut melalui sosial media TMC Polda atau cari tahu langsung di Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Tujuannya agar Anda terus waspada terhadap banjir.

2. Mengamankan barang ke tempat yang lebih tinggi

Sebaiknya kita memindahkan barang-barang ke tempat yang lebih tinggi. Misalnya untuk rumah yang memiliki lantai lebih dari satu, sebaiknya seluruh barang sudah diangkut ke lantai atas. Atau diletakkan di atas lemari atau meja. Hal ini dilakukan untuk mengurangi keruskan barang akibat air.
3. Simpan surat-surat berharga di tempat yang aman
4. Mencabut seluruh aliran listrik
Jika Anda sudah mengetahui adanya peringatan soal air banjir semakin meninggi, Anda harus mencabut aliran listrik rumah atau menghubungi pihak yang bersangkutan atau PLN untuk mematikan aliran listrik di sekitar daerah yang terkena banjir. Tujuannya agar terhindar dari korsleting listrik yang mengakibatkan terjadinya kebakaran.
5. Mengungsi
Jika tempat tinggal Anda berada di dataran rendah, tidak ada kemungkinan kalau debit air banjir akan semakin meninggi. Sebaiknya Anda mengungsilah ke dataran yang lebih tinggi atau ke daerah yang tidak terkena banjir. Jangan lupa untuk membawa beberapa barang penting yang Anda miliki.

Tanggap Bencana Tsunami

mitigasi Friday, 6 September 2019

Tsunami dan gempa bumi merupakan bencana alam yang saling berkaitan. Kedua kejadian ini dapat disebabkan oleh adanya pergerakan lempeng tektonik di wilayah Lautan. Gempa bumi dan tsunami yang besar akan menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi maupun psikologi.
Ketika gempa besar yang memicu tsunami terjadi di dekat pesisir pantai, warga hanya punya waktu 10 hingga 30 menit untuk menyelamatkan diri, kata Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Inilah yang disebut sebagai golden time yang akan menentukan hidup dan mati dari korban terdampak bencana.
Lalu seberapa rawan daerah pesisir kita terhadap bencana Tsunami? Hampir semua daerah pesisir di wilayah Indonesia tergolong kedalam daerah rawan. Tingginya aktivitas kegempaan di Indonesia disebabkan karena pertemuan tiga lempeng tektonik. Potensi tsunami yang ada di Indonesia dapat ditunjukkan melalui peta di bawah ini.
Sebenarnya pemerintah melalui BNPB sudah berusaha memperbaiki peringatan dini, namun tetap diperlukan pegetahuan dari seluruh warga untuk melakukan evakuasi diri ketika terjadi bencana. Berikut kami merangkum hal apa saja yang harus dilakukan ketika terjadi bencana Tsunami. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui situsnya, ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk merespon potensi tsunami diantaranya adalah:
  1. Mencari informasi apakah ada potensi tsunami.
  2. Cepat bergerak ke arah daratan yang lebih tinggi dan tinggal di sana sementara waktu.
  3. Menjauhi pantai. Jangan pernah menuju ke pantai untuk melihat datangnya tsunami. Apabila Anda dapat melihat gelombang, Anda berada terlalu dekat. Segera menjauh.
  4. Waspada- apabila terjadi air surut, jauhi pinggir pantai.
Hal yang tak kalah penting adalah memahami status peringatan dini yang dikeluarkan BNPB, berikut adalah penjelasannya.
  • AWAS: Tinggi tsunami diperkirakan bisa mencapai lebih dari tiga meter. Warga diminta segera melakukan evakuasi menyeluruh ke arah tegak lurus dari pinggir pantai. Pemerintah daerah harus menyediakan informasi jelas tentang jalur dan tempat evakuasi terdekat.
  • SIAGA: Tinggi tsunami berada dikisaran 0,5 meter hingga tiga meter. Pemerintah daerah diharapkan bisa mengerahkan warga untuk melakukan evakuasi.
  • WASPADA: Tinggi tsunami kurang dari 0,5 meter. Walau tampak kecil, warga tetap diminta menjauhi pantai dan sungai.

Sumber gambar : BMKG

Kajian SRGI 2013 dan Kebijakan Satu Peta

BeritaUncategorized Friday, 6 September 2019

Pemerintah Indonesia telah gencar dalam mengampanyekan perkembangan data geospasial. Aspek geospasial sudah dirasa penting dalam pengambilan keputusan. Keputusan dan kebijakan pemerintah yang mempertimbangkan aspek geospasial akan dapat diimplementasikan lebih efektif dan efisien.

Pada tahun 2016 melalui Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang percepatan pelaksanaan kebijakan satu peta pada tingkat ketelitian peta skala 1:50.000 telah ditetapkan adanya suatu peta dasar di wilayah Indonesia atau lebih dikenal dengan satu peta Indonesia. Kebijakan satu peta ini bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan informasi geospasial yang berdayaguna melalui kerja sama, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi, serta mendorong penggunaan IG dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam berbagai aspek kehidupan (BIG, 2018).

Kebijakan satu peta diharapkan mampu meningkatkan kerjasama dan komunikasi antar instansi maupun sumber data geospasial di Indonesia. Dengan peningkatan kerjasama dan komunikasi antar instansi, maka akan menurunkan tingkat duplikasi pekerjaan pemetaan yang ada di Indonesia. Dalam mewujudkan kebijakan satu peta, maka salah satu langkah awal yang perlu dilakukan adalah dengan menyamakan sistem referensi yang digunakan atau menyamakan datum yang digunakan. Di Indonesia, telah ditetapkan referensi yang digunakan dalam mendukung kebijakan satu peta adalah Sistem Referensi Geospasial Indonesia (SRGI) 2013.

Penyamaan sistem referensi data geospasial dari berbagai sumber dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mendefinisikan titik kontrol yang ada dalam SRGI 2013.

 

Referensi :

BIG.Sistem Referensi Geospasial Nasional. Diperoleh 19 Maret 2018. Dari http://srgi.big.go.id/srgi/

Pemodelan Bumi

BeritaUncategorized Friday, 6 September 2019

Bumi yang tidak beraturan dimodelkan dalam ilmu geodesi dengan beberapa tahapan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses perhitungan posisi di permukaan bumi. Tahapan pemodelan bumi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Model Bumi Geoid
Bumi yang tidak beraturan pertama dimodelkan dalam suatu model yang menghubungkan bidang equipotensial yang sama.

2. Model Bumi Elipsoid
Bumi dimodelkan dalam model matematis yang lebih sederhana dari Geoid, yaitu dimodelkan sebagai Elips yang berputar. Model bumi ini salah satu fungsinya untuk menentukan posisi kita ketika mengukur menggunakan GPS.

3. Model Bumi Bola
Bumi dimodelkan menggunakan model matematis lebih sederhana lagi, yaitu dengan menggunakan bola. Model ini biasa kita temui pada model bumi globe.

4. Model Bumi Datar
Model Bumi dalam bidang datar memiliki 2 asumsi ya. Pertama, bahwa kita memetakan suatu area dengan luas yg kecil, sehingga area pemetaan tidak terpengaruh oleh efek kelengkungan bumi. Yang kedua, ketika bumi 3D dan elipsoid dibawa ke peta 2D, hasilnya adalah proyeksi bumi dalam bidang datar. Proses transformasi ini memerlukan hitungan Proyeksi Peta.

[.pdf]

Pengolahan Data GNSS Menggunakan GAMIT / GLOBK

BeritaUncategorized Friday, 6 September 2019

1. Pengolahan Data Gnss Secara Loose Constraint Dengan Modul Gamit

by : Anindya Sricandra Prasidya, ST., M.Eng[.pdf]

2. Pengujian Coordinate Repeatabilities Stasiun Cors Dengan Modul Glred/Globk

by : Anindya Sricandra Prasidya, ST., M.Eng [.pdf]

3. Estimasi Koordinat Akhir Melalui Pengkombinasian Solusi Dengan Modul Globk

by : Anindya Sricandra Prasidya, ST., M.Eng [.pdf]

4. Perhitungan Kecepatan Pergeseran Horisontal  Stasiun Gps Dengan Modul Globk

by : Anindya Sricandra Prasidya, ST., M.Eng [.pdf]

Fase Gempa Bumi Tektonik

BeritaUncategorized Thursday, 5 September 2019

Gempabumi memiliki sifat berulang. Siklus perulangan ini sering disebut dengan earthquake cycle. Terdapat beberapa fase dalam satu siklus perulangan gempa, yaitu interseismic, pre-seismic, coseismic, dan post-seismic. Satu siklus gempabumi ini biasanya berlangsung selama kurun waktu 100 tahun (Sarsito, dkk., 2005).

Fase interseismic merupakan fase awal dari suatu siklus gempabumi. Pada fase ini, energi dari dalam bumi menggerakkan lempeng dan energi mulai terakumulasi di bagian batas antar lempeng dan patahan. Fase pre-seismic merupakan fase yang terjadi sesaat sebelum gempabumi terjadi (Sarsito, dkk., 2005).

Fase coseismic merupakan fase ketika gempa utama terjadi. Pada fase ini getaran pada bumi dirasakan paling kuat seiring terjadinya pelepasan energi secara tiba-tiba. Ketika fase coseismic terjadi, maka kerak bumi dapat terdeformasi secara permanen sampai orde meter. Fase post-seismic terjadi ketika sisa-sisa energi gempa terlepaskan dan kondisi kembali pada tahap kesetimbangan awal. Fase ini masih dapat menghasilkan deformasi secara permanen mencapai orde sub-meter (Sarsito, dkk., 2005).

Dalam satu earthquake cycle yaitu fase interseismic, pre-seismic, co-seismic, dan post-seismic. Ketika fase post-seismic berakhir dan kerak bumi kembali dalam kondisi kesetimbangan awal, maka satu siklus gempabumi telah berakhir dan fase interseismic baru dimulai kembali.

 

Referensi :

Sarsito, D.A., Andreas, Abidin, H.Z., Meilano, I., Darmawan, dan Gamal, 2005, “Implikasi Co-Seismic dan Post-Seismic Horisontal Displacement Gempa Aceh 2004 terhadap Status Geometrik Data Spasial Wilayah Aceh dan Sekitarnya”, Kelompok Keahlian Geodesi, Departemen Teknik Geodesi, Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Kepulauan Sangihe Bergerak!

BeritaUncategorized Thursday, 5 September 2019

Kepulauan Sangihe menjadi salah satu lokasi penelitian tim research Geodesi Geodinamik.
Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui pergerakan lempeng di Kepulauan Sangihe.
Metode yang digunakan adalah dengan pengukuran GPS pada 3 stasiun yang tersebar di Kepulauan Sangihe, yaitu SGH1, SGH3, dan SGH4.

Berdasarkan hasil pengolahan data pengamatan GPS hingga tahun 2018 menunjukkan bahwa Kepulauan Sangihe bergerak ke arah Tenggara sekitar 1,38 cm/th atau mendekati Halmahera.

Jadi meskipun pergerakan Kepulauan Sangihe hanya dalam fraksi centimeter, namun hal tersebut perlu diperhatikan. Mengingat pergerakan Kepulauan Sangihe ini sering mengakibatkan gempabumi, baik dengan skala rendah maupun tinggi.

Referensi hasil hitungan :
Tugas Akhir Krishna Fitranto Nugroho 2019
Referensi Basemap :
SHP kebijakan satu peta BIG

Total Electron Content

BeritaUncategorized Thursday, 29 August 2019

Total Electron Content (TEC) adalah jumlah elektron yang ada/hadir di jalur merambatnya sinyal dari pemancar ke penerima sinyal radio. Semakin banyak elektron yang ada di jalur gelombang radio, semakin besar pula pengaruhnya terhadap sinyal radio. Pada komunikasi darat ke satelit, TEC adalah salah satu parameter untuk memantau efek cuaca pada data pengukuran.

Jadi pengukuran dengan satelit perlu mempertimbangkan nilai TEC untuk memperoleh data yang lebih presisi.

123

Recent Posts

  • Sesar Lasem-Semarang-Kendeng: Mengungkap Bom Waktu di Tengah Pulau Jawa
  • ANNUAL SCIENTIFIC FORUM OF THE INDONESIAN SURVEYORS ASSOCIATION (FIT ISI) 2024
  • Lokakarya SRGI2013: Mendorong Kolaborasi dan Inovasi dalam Sistem Referensi Geospasial di Indonesia
  • The 10th International Conference on Science and Technology (ICST UGM 2024)
  • Kuliah Tamu : Dr. Lujia Feng Mengupas Geodesi Antariksa hingga Bencana Alam
  • NTU Kampus Visit, Head to EOS/ASE
Universitas Gadjah Mada

GEODESI GEOMETRI & GEODESI FISIS
DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK UGM
geodesi@ugm.ac.id

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY